Prasasti Anak Kosan
"Cerita ini asli dari penelitian valid dan reliabel hanya fiktif belaka.
Adanya kesamaan nama tokoh, tempat, waktu dan peristiwa
hanyalah kebetulan semata. Kalaupun beneran sama, maka Bang Napi bersabda:
WASPADALAH!! WASPADALAH!!"
Tak Lekang Oleh Waktu..
Cerita ini kudedikasikan untuk Jammy, terima kasih untuk waktumu
*nyanyi*
Dirimu di hatiku, tak lekang oleh waktu
Meski kau bukan milikku
Intan permata yang tak pudar,
Tetap bersinar mengusik kesepian jiwaku
Ku coba memahami
Bimbangnya nurani tuk pastikan semua
Tak akan ku ingkari,
Terlalu banyak cinta yang mengisi datang dan pergi
Namun tak pernah bisa,
Lenyapkanmu di benakku..
Krispati -Tak Lekang Oleh Waktu.
Tahu tidak, anak-anak kosan Aton sangat suka berbagi. Sungguh! Bukan bermaksud sombong atau apa, tetapi kami memang senang melakukannya. Berbagi makanan, berbagi cerita, berbagi kamar
mandi –ini mah udah dari sononya (-_-), setrikaan, tempat sepatu, berbagi duit (alias patungan beli makan, hahaha), dan berbagi dalam hal lainnya. Sayangnya dikosan ini, yang punya pacar gak mau bagi-bagi, padahal kan seru kalo dibagi, bisa bikin sinetron kita. Wkwkwk #justkidding.
Baru-baru ini ada hal baru yang kami bagi bersama, yaitu jam dinding. Sebenarnya ini bukan yang pertama karena sebelumnya kami 'membangun' perpustakaan umum alias perpustakaan bersama. Isi perpustakaan kami bermacam-macam; Mulai dari komik, novel, majalah, buku mata kuliah juga ada, sampai pakaian pun ada dalam perpustakaan itu. Tidak hanya itu, konteks bukunya pun beragam; Ada soal romantika, misteri, agama, psikologi, politik, sejarah, ekonomi, sampai diarypun ada, entah itu diary punya siapa.
Awalnya sih kita bikin jam dinding itu bukan untuk tujuan apa-apa, iseng doang. Ya sekalian menghabiskan akhir minggu dengan sesuatu yang lebih berguna, daripada sekedar berhibernasi dalam kamar. Dengan berbekal alat dan bahan seadanya, serta mesin jam yang entah diraib entah dari mana sama si Frida, kami –aku dan Frida, mulai membuatnya. Setelah jatuh bangun, bergelut dengan berbagai kegagalan namun kami tidak menyerah, akhirnya dengan kekuatan gabungan kami bisa membuatnya. Yeah!!
Jam dinding yang benar-benar di dinding bukan? Namanya juga jam dinding, ya kami bikinnya di dinding. Tidak hanya itu, disamping jam dinding ini kami menempelkan berbagai notes-notes. Ya~ walaupun yang nulis baru beberapa orang, tetapi paling gak jam nya gak sendirian di dinding (jomblo). Tujuannya sih biar jadi penanda bahwa kami pernah ngekos disini, itupun kalo kami udah pindah si The-Name-Can't-Say gak copotin kertasnya satu-satu. Mudah-mudahan nggak.
Jam dinding itu untungnya bisa berguna buat kami semua. Karena letaknya yang dekat dari kamar mandi, kami bisa tahu siapa yang mandinya paling lama plus bisa tahu kami udah telat ke kampus apa belum. Beberapa hari dan jam berlalu, tiap melihat jam dinding itu, aku teringan sama si Jammy –jam dinding putih kesayanganku. Jammy jadi spesial bukan karena dia pemberian orang lain, si Jammy jadi spesial karena dia Jammy (ngomong apa pula aku ini)
Bicara soal Jammy, mungkin aku harus menceritakan awal pertemuan kami *yaelah..
Aku dan Jammy pertama kali ketemu di Pasar Kopro, Jakarta Barat. Aku yang baru ngekos tentunya memerlukan berbagai hal yang aku butuhkan di kamar, salah satunya ya jam. Maka aku membeli jam, bukan karena warnyanya yang menarik, bentuknya yang unik, atau karena harganya yang murah –padahal emang iya karena harga (hehehe). Aku pun memutuskan membeli Jammy. Bentuknya berupa bangun ruang tiga dimensi –bulat pipih, pinggirannya berwarna putih, ada 12 angka didalmnya yang saling berurutan dalam lingkaran dengan latar hitam, yaa.. penampakannya udah mainstream-lah, kalian pasti udah sering liat. Ya, dia Jammy. Aku menggantungnya di dinding timur kamarku, dengan jarang kurang lebih 1803 mm, sudut kemiringan sekitar 30 derajat dari sudut tenggara. Nah! itu dia posisinya. (coba kamu bayangkan sendiri itu dimana, hahahaha).
Awalnya, hubunganku dengan Jammy baik-baik saja, layaknya hubungan manusia dan jam pada umumnya. Tidak ada yang istimewa. Lama-kelamaan aku mulai menggantungkan diri pada jam soal waktu dan akhirnya jadi sayang sama si Jammy. Namun, lama kelamaan si Jammy mulai aneh. Dia mulai sering menipuku, awalnya cuma sekali namun semakin lama semakin sering. Kejadiannya sudah lama, sekitar 6 bulan yang lalu. Aku ada kelas jam 10 pagi, namun aku bangun jam '9' pagi. Bingung? Begini.. si Jammy, entah kenapa senang sekali terlambat satu jam dari waktu yang seharusnya. Dia seolah-olah senang mengingatkanku dengan fakta bahwa Jakarta 'telat' satu jam dibandingkan di Bulukumba. Masih bagus kalau telat satu jam, kalau sudah telat dua jam.. tamatlah riwayatku. Untungnya jam digital si Lumi tidak ikut-ikutan mempermainkanku, sehingga aku sadar kalau aku "sudah-sangat-luar biasa-terlambat". Bak dikejar deptcolector, aku langsung bangun dan siap-siap ke kampus. Dan syukurnya.. aku hanya terlambat tiga puluh menit, tidak perlu kau tanyakan penampilanku saat itu, silahkan kalian imajinasikan sendiri.
Kupikir, itu mungkin karena baterainya yang habis. Jadi, kuganti baterainya. Namun, si Jammy tetap seperti itu bahkan mulai bertingkah layaknya 'orang diputus cinta' jika jarumnya telah mendekati angka 10. Jarumnya tidak mau maju seolah-olah takut move-on dari angka 9, atau mungkin jarum panjangnya sudah terlalu tua untuk mendaki ke angka 11. Menyebalkan bukan? Semenjak peristiwa 'terlambat' itu, si Jammy seolah-olah ngirimin sinyal minta diganti, tetapi aku tidak melakukannya. Meski sudah ditipu berkali-kali sampai bikin telat ke kampus, dan si Jammy sendiri gagal move on dari masa lalunya, aku tetap menyukainya. Mungkin aku yang sebenarnya gagal move on.
Pada kahirnya aku pun memutuskan untuk menurunkan Jammy dari singgasananya di dinding lalu kusimpan dia di perpustakaan umum. Sedih sih, tetapi mau gimana lagi, aku gak mungkin mempertahankan hubungan kami itu (wkwkwk..) Jam dinding 'umum' itu mengingatkanku akan Jammy yang terlupakan, aku pun pergi mencarinya dalam lemari di perpustakaan umum kami. Dan apa yang aku temukan benar-benar menyedihkan!! Si Jammy 'dibunuh' sama seseorang, sekarang kondisinya parah dan tidak berguna tanpa mesin!! Huwaaaa Jammy.....
![](https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/f4/3a/67/f43a67a5b84ad8fe0ed97a8de72a4dba.jpg)
Pas menemukan si Jammy, aku jadi sedih tetapi cuma sebentar. Selidik punya selidik, ternyata mesin jam yang digunakan Frida dan aku untuk membuat jam adalah mesinnya si Jammy!! Ingin rasanya aku kubur si Frida di dasar baskom, sayangnya gak muat. Tetapi, 'kematian' Jammy ada campur tanganku juga. Maafkan aku Jammy..
![](https://www.line-stickers.com/wp-content/uploads/2015/10/Cony-Special-Edition-.png)
Dedikasimu selama ini gak bakalan aku lupakan. Semoga dengan kondisimu sekarang yang udah gak jadi milik aku pribadi dan udah dapat 'badan' yang lebih gede, kamu bahagia.
Pada kahirnya aku pun memutuskan untuk menurunkan Jammy dari singgasananya di dinding lalu kusimpan dia di perpustakaan umum. Sedih sih, tetapi mau gimana lagi, aku gak mungkin mempertahankan hubungan kami itu (wkwkwk..) Jam dinding 'umum' itu mengingatkanku akan Jammy yang terlupakan, aku pun pergi mencarinya dalam lemari di perpustakaan umum kami. Dan apa yang aku temukan benar-benar menyedihkan!! Si Jammy 'dibunuh' sama seseorang, sekarang kondisinya parah dan tidak berguna tanpa mesin!! Huwaaaa Jammy.....
![](https://s-media-cache-ak0.pinimg.com/736x/f4/3a/67/f43a67a5b84ad8fe0ed97a8de72a4dba.jpg)
Pas menemukan si Jammy, aku jadi sedih tetapi cuma sebentar. Selidik punya selidik, ternyata mesin jam yang digunakan Frida dan aku untuk membuat jam adalah mesinnya si Jammy!! Ingin rasanya aku kubur si Frida di dasar baskom, sayangnya gak muat. Tetapi, 'kematian' Jammy ada campur tanganku juga. Maafkan aku Jammy..
![](https://www.line-stickers.com/wp-content/uploads/2015/10/Cony-Special-Edition-.png)
Dedikasimu selama ini gak bakalan aku lupakan. Semoga dengan kondisimu sekarang yang udah gak jadi milik aku pribadi dan udah dapat 'badan' yang lebih gede, kamu bahagia.