Hello and Good Bye

Sekarang aku memahami.
Mengapa rasa ketakutan itu berdiri
Mengintip dari sela-sela hati
Dan menghadirkan keinginan untuk lari


Sekarang aku mengerti
Bahwa apa yang orang-orang sebutkan sebagai death anxiethy
Atau takut mati
Tak lebih dari sekedar ilusi
Atau hanya kulit dari halusinasi,


Sekarang aku menyadari
Hakikat sesungguhnya dari yang kutakuti..
Adalah kesedihan di udara yang mengalir berderai-derai
Yang menjalari..
Lewat tatapan mata yang saling mengamati
Lewat telinga yang menangkap bunyi dan intonasi
Lewat mulut yang menguraikan kisah kasih
Kesedihan yang terurai di langit pagi..


Sekarang aku mengetahui
Bukan cuma aku seorang diri
Yang tidak suka ada dalam pemakaman orang yang dikasihi
Bukan karena tak punya nyali, ataupun takut dengan kawan-kawan si ‘mati’
Tetapi karena aku benci
Membohongi diri
Menahan untuk tidak bersedih
Terlebih saat orang-orang membawamu dalam peti mati
Dan aku hanya bisa berdiri
Melihat kenangan-kenangan lewat memori yang terpatri
Memunculkan kenangan yang kusesali
Seandainya begitu, seandainya begini..


Aku benci..
Menipu orang lain dan aku sendiri
Berkata bahwa orang-orang yang sangat kau cintai
Akan baik-baik saja setelah kau pergi
Aku tahu kerelaan harus ada suatu hari nanti
Tetapi, hei! Tidak ada yang suka ditinggalkan tanpa lebih dulu dikabari
Ah.. Maaf, kau pastinya juga tidak mengetahuinya sampai saat ini.
Karena jika ya, kau pasti akan menyurati kami


Dan dipenghujung hari ini
Aku hanya bisa menangisi dirimu yang tak akan kembali
Karena aku kalah dari si sedih
Sambil merapalkan doa-doa dan puja puji
Berharap kau akan bahagia di dunia surgawi
Di terima di sisi sang Ilahi


I dedicate this poetry to my friend, Pundarika and Enjang.

16 Maret 2016
2 April 2016



Postingan populer dari blog ini

Personologi Theory: Henry Murray

Observasi: pengantar 'bagian 1'

Kisah Sehari di Yayasan Sayap Ibu Bintaro