Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

Hello and Good Bye

Gambar
Sekarang aku memahami. Mengapa rasa ketakutan itu berdiri Mengintip dari sela-sela hati Dan menghadirkan keinginan untuk lari Sekarang aku mengerti Bahwa apa yang orang-orang sebutkan sebagai death anxiethy Atau takut mati Tak lebih dari sekedar ilusi Atau hanya kulit dari halusinasi, Sekarang aku menyadari Hakikat sesungguhnya dari yang kutakuti.. Adalah kesedihan di udara yang mengalir berderai-derai Yang menjalari.. Lewat tatapan mata yang saling mengamati Lewat telinga yang menangkap bunyi dan intonasi Lewat mulut yang menguraikan kisah kasih Kesedihan yang terurai di langit pagi.. Sekarang aku mengetahui Bukan cuma aku seorang diri Yang tidak suka ada dalam pemakaman orang yang dikasihi Bukan karena tak punya nyali, ataupun takut dengan kawan-kawan si ‘mati’ Tetapi karena aku benci Membohongi diri Menahan untuk tidak bersedih Terlebih saat orang-orang membawamu dalam peti mati Dan aku hanya bisa berdiri Melihat kenangan-kenangan lewat memori y...

Si Gadis

Gadis itu berbaring dan menatap nyalang pada langit-langit kamarnya. Pukul 1 dini hari, dan dia belum tidur. Pikirannya mengembara entah kemana, begitu pula kantuk yang enggan singgah walau sebentar. Sebenarnya dia selalu tidur larut malam, saking seringnya dia mulai berpikir bahwa tidur tepat waktu adalah salah satu keajaiban hidupnya yang harus diabadikan dalam plakat bersepuh emas. Tidak tidur semalaman seolah-olah bukan lagi gaya hidup yang salah – menurutnya , bahkan si gadis sudah mendeklarasikan bahwa kopi adalah belahan jiwanya. Entah sejak kapan semua itu terjadi, dia sendiri bahkan telah lupa kapan tepatnya. Kebiasaan tidur larut dengan segelas kopi ditemani laptop atau sebuah novel menjadi sesuatu yang paling ditunggunya setiap hari. Paling didambanya. Yah.. walaupun boleh kukatakan, tidak setiap malam dia menghabiskannya dengan dua kombinasi itu: kopi + laptop atau kopi + novel . Banyak hal yang dilakukannya dalam kurung waktu 8 jam dimalam-malam yang sunyi dan tenang...

Untukmu

Aku membacanya berulang kali. Satu kali. Lima kali. Sepuluh kali –dan lagi dan lagi tanpa henti. Saat menulis tulisan ini aku bahkan telah menghapal kalimat-kalimat itu di luar kepala. Semakin banyak kubaca, semakin sakit rasanya. Pagi itu aku sadar, aku akan menangis lagi malam ini, karena aku tahu bahwa aku sudah menyakitimu. Aku melukaimu. Aku menyakitimu. Aku yang membuatmu menangis. Aku mengecewakanmu. Maaf. Aku merapalkan kalimat itu tanpa henti, layaknya jampi-jampi para dukun atau mantra para Ibu yang ingin menenangkan anak yang sedang bersedih hati. Dalam benakku aku membayangkan kau harus berpura-pura baik-baik saja seharian kemarin di hadapanku –dan aku tidak tahu itu, maaf. Keegoisanku kurasa sudah menutupi kepekaanku pada sekitar, yang akhirnya berdampak padamu. Bahkan, dalam tangis dan penyesalanku pun keegoisan itu masih ada: muncul dan bertarung dengan pikiranku yang lain, mencoba membenarkan tindakannya pagi yang lalu. Malam ini pun aku tidak tahu siap...

Ranting Tua

Gambar
Saat ini aku tumbuh di ujung dalam fatamorgana Ya fatamorgana.. Kau tahu ini kan? Sesuatu yang tak nyata Aku ibarat ranting tua yang semakin hari semakin kesepian mengapa daun dan bunga berguguran meninggalkanku wahai angin.. jangan tiup diriku tak taukah kau, aku butuh mereka aku tak mau kesepian