Wanita Bergaun Hitam

Sofi
memperhatikan seluruh kamar, ada lemari baru, kipas angin baru, dan ranjang
baru, tentunya kamar kosan baru. Dia baru saja pindah kosan, kosan yang
sebelumnya terlalu jauh dari kampusnya di Jakarta Selatan. Rasa capek dari
beres-beres semalam masih dia rasakan sampai pagi, membuatnya ingin absen saja
hari ini . Sofi lalu berguling-guling sambil memegang kepalanya, bingung
memutuskan untuk pergi kuliah atau tidak.
“Ayo
Sofi bangun!! Harus kuliah!” ucapnya menyemangati diri sendiri.
Akhirnya
dengan memaksakan diri, Sofi bangun dan membereskan tempat tidurnya. Salah satu
kebiasaannya sejak dulu adalah melakukan olahraga ringan setiap pagi. Oleh
karena itu, dia lalu keluar kamar dan berjalan menuju pintu beranda, berniat
melakukan beberapa pemanasan sebelum melakukan aktivitas hari ini.
Saat
membuka pintu, Sofi sangat terkejut karena menemukan seorang wanita dengan gaun
hitam di depan pintu. Wanita itu berdiri dengan kepala tertunduk, kulitnya
putih pucat, rambutnya dibiarkan terurai menutupi sebagian wajahnya. Sofi hampir
saja berteriak dan melompat mundur saat pertama kali melihat wanita itu, tetapi
dia mengurungkan niatnya karena takut mengganggu penghuni kosan yang lain.
Dengan
tersenyum takut dan mengucapkan permisi, Sofi melewati wanita itu. Sambil
melakukan pemanasan sesekali Sofi melirik ke belakang melihat wanita dengan
gaun hitam itu. Anehnya, wanita itu masih berdiri disana, tidak bergerak sama
sekali. Barulah ketika dia selesai olahraga, wanita itu
menghilang. Sofi tidak memperdulikan hal itu, menurutnya wanita tadi mungkin
saja orang yang ngekos disini atau keluarga Ibu kos.
Seperti
itulah peristiwa yang dialami Sofi selama sebulan, dia selalu bertemu dengan
sosok wanita aneh itu setiap pagi. Sampai suatu pagi, Sofi tidak menemukan
wanita aneh itu lagi. Yang ada hanyalah Ibu pemilik kosan yang sedang asyik
menjemur pakaian.
“Eh,
Ibu. Tumben, jemur pakaiannya disini.” sapa Sofi basa basi.
“Iya
nih, Mbak. Jemuran di bawah lagi penuh makanya Ibu bawah kesini.”
Sofi
lalu teringat dengan wanita itu, dan timbullah inisiatif untuk menanyakan hal
itu pada Ibu kosannya ini. Menurut Sofi, Ibu kos-nya pasti tahu mengenai wanita
itu.
“Oh
iya. Mmm, Ibu. Kenal gak sama wanita yang sering pakai gaun warna hitam? Yang
biasa berdiri disini.” kata Sofi lalu menunjuk tempat wanita itu biasa berdiri.
“Ah,
yang itu. Ibu sejujurnya nggak kenal sama wanita itu. Tapi, dia memang selalu
muncul di depan pintu tepat jam 6 pagi. Jangan pernah bicara sama dia Mbak,
anggap saja nggak ada. Pokoknya jangan pernah!”
“Loh,
kenapa?” tanya Sofi heran.
“Wanita
itu, bukan makhluk seperti kita Mbak. Dia bukan manusia.”
Sofi
langsung menelan ludah.
“Jadi
bu, wanita yang sering saya sapa tiap pagi itu –hantu?
***
Sejak
saat itu Sofi tidak pernah lagi olahraga pagi. Sejak saat itu pula, dia tidak
pernah lagi bertemu dengan wanita dengan terusan hitam itu. Namun, ada hal aneh
yang terjadi. Beberapa malam sejak saat itu, Sofi tidak pernah bisa tidur
nyenyak, setiap jam 2 malam dia pasti terbangun. Bahkan, dia tidak akan bisa
tertidur lagi sampai pagi. Perasaannya tidak pernah tenang, ada yang membuatnya
takut untuk tidur, seperti ada yang mengawasinya setiap malam! Tiap kali dia
terbangun Sofi hanya memandangi langit-langit kamarnya, matanya tidak bisa
lepas dari noda aneh yang baru-baru ini muncul di atas sana.
“Mata,
hidung, alis, bibir, rambut. Itu. . . wajah?” gumamnya suatu malam.
Kebiasaannya
bangun tengah malam membuat pertahanannya runtuh, Sofimengalami demam tinggi dan
pusing. Seharian penuh Sofi tidak melakukan apa-apa, dia hanya tidur
dikamarnya. Untungnya, Ibu kosan Sofi berbaik hati memberinya obat penurun
demam. Namun, sampai malam demamnya tidak turun sedikitpun, dia juga tidak bisa
tidur.
Akhirnya
setelah jam 1 lebih Sofi bisa tertidur. Baru saja dia akan terlelap dalam mimpi,
rasa tidak tenang itu muncul lagi. Pasti
sudah jam 2 pikirnya. Sofi memutuskan tidak bangun seperti biasanya, dia
sangat lelah hari ini. Tak lama kemudian, tiba-tiba saja Sofi tidak bisa
menggerakkan tubuhnya, nafasnya memburu, jantungnya berdetak lebih cepat, dan
keringatnya mengucur deras. Sofi lalu membuka matanya, dalam kegelapan dia
terus menatap noda aneh di lagit-langit kamarnya itu. Sofi memandang ke tempat
itu, tidak berkedip sedikitpun. Lalu–
“AAAAAAAAKH!!!”
teriaknya.
Sofi
berteriak sekencang kencangnya, dia sangat ketakutan. Tepat di depan matanya
dia melihat cewek yang mirip dengan dirinya sendiri muncul dari noda aneh di
langit-langit kamar. Tubuh di hadapannya itu seputih lilin, rambutnya basah dan
terjuntai kebawah, mulutnya terbuka, dan matanya terbelalak seperti ketakutan.
Sofi berusaha mengusir apa yang dilihatnya, digerakkan tangan dan kakinya tak
tentu arah. Sosok dihadapan Sofi itu semakin mendekat, lalu memojokkan Sofi
disudut ranjang. Sosok itu menatap Sofi tepat dimanik mata, membuat Sofi
gemetar ketakutan.
“Kenapa kau tidak membuka pintu?”
Kini
Sofi terbelalak, sosok seputih lilin tadi tiba-tiba berubah menjadi wanita
dengan gaun hitam itu. Sofi bisa melihatnya dengan jelas. Seluruh bola matanya
putih, badan dan wajahnya penuh sayatan berwarna merah dan sudut bibir wanita
itu mengeluarkan darah.
“Kenapa kau tidak membuka pintu? Kenapa!?”
Sofi
lalu berlari, dia berusaha membuka pintu kamarnya. Sementara itu, hantu wanita
itu bergerak mengejarnya. Pintu kamarnya terbuka, dan tepat dihadapannya hantu
wanita itu juga berdiri menatapnya marah. Sofi kembali berlari, dia berusaha
membuka semua pintu kamar di kosannya itu untuk meminta bantuan. Namun, semua
pintu yang dia buka justru memperlihatkan sosok wanita bergaun hitam itu. Sofi
berlari dan terus berlari. Nafasnya sesak, dia kelelahan. Tiba-tiba Sofi
terjatuh. langsung saja wanita itu mencengkram kakinya dan menarik Sofi. Sofi
berteriak meronta-ronta, berusaha melepaskan diri dari sosok menakutkan itu. Namun,
sosok wanita itu menyeretnya jauh.
***
Sofi
terbangun di kamarnya. Badannya mengeluarkan banyak keringat, matanya
terbelalak memandang sekitarnya awas, dan nafasnya tidak teratur. Mimpi yang
dia rasakan semalam terasa nyata, dia merasa sudah berlari sangat jauh. Sofi
lalu minum, berusaha menenangkan diri dari mimpi buruk tadi. Dia juga ingin
bergegas mandi agar pikirannya jernih. Tiba-tiba Sofi terpaku melihat
pergelangan kaki kirinya. Kulitnya berwana merah, membentuk lingkaran di
seluruh pergelangan kakinya itu. Yang paling membuatnya terkejut, pergelangan
kakinya itu seperti pernah dicekram oleh seseorang. Cengkraman yang sangat
kuat! Sofi lalu gemetar ketakutan, tangannya juga terasa dingin dan kaku. Tanpa
pikir panjang, Sofi langsung mengambil koper dan membereskan semua barang-barangnya.
dalam pikirannya dia terus mengulang kalimat yang sama.
“Aku
harus keluar dari tempat ini! Harus!”
Pas baca langsung ngeliat kesekeliling kamar kosan -_-
BalasHapusbercanda nih ida wkwk
Ada dikosan sofi loooh.. hihihi
Hapusim sorry, what are u talking about?
BalasHapus